Sabtu, 25 Desember 2010

PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

Perbedaan Kepentingan

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Pada umumnya secara psikologis ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu dalam hal kepentingan meskipun pembawaannya sama. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :

a. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
b. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
c. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
d. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisis.
e. Kepentingan individu untuk dibutuhkan oleh orang lain.
f. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelompok.
g. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
h. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.



Diskriminasi

Suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula yang bertindak diskriminatif tanpa disadari prasngka, dan sebaliknya seorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespons baik secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertindak atau bertingkah-laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah-laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak tampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri masing-masing.


Ethnosentrisme

Ethnosentrisme adalah suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Ethosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian ethnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpresikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap ethnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya ethnosentrisme penampilan yang ethnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam komunikas. Ethnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinis yang melahirkan Chauvinisme. Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa diri superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain; dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, nista, rendah, dan sebagainya.


Pertentangan-pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat





Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Dasar konflik berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik, yaitu :

a. Terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik

b. Unit-unit terseut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.

c. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.

Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkup yang luas, yaitu masyarakat.

1. Pada taraf di dalam diri seseorang
2. Pada taraf di dalam kelompok
3. Pada taraf masyarakat

Para penulis seperti Berstein, Coser, Follett, Simmel,Wilson dan Ryland memandang konflik sebagai sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai kegunaan yang fungsional dan destruktif(Berstein,1965). Konflik mempunyai potensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia.
Adapun cara-cara pemecahan konflik-konflik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Elimination
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat didalam konflik, yang diungkapkan dengan : kami mengalah atau kami keluar

2. Subjugation atau Domination
Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.

3. Majority Rule
Suara terbanyak yang akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4. Minority Consent
Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

5. Compromise(kompromi)
Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat didalam konflik, berusaha mencari dan mendapat jalan tengah (halfway).

6. Integration(integrasi)
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Cara ini merupakan cara pemecahan konflik yang paling dewasa(Albert Bandura, 1969).

Golongan-Golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
a. Masyarakat majemuk dan nasion Indonesia
b. Integrasi
c. Integrasi Sosial

INTEGRASI NASIONAL

Integrasi Nasional adalah merupakan masalah yang dialami oleh semua negara atau nation yang ada di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Beberapa negara yang terdiri setelah Perang Dunia II ternyata banyak yang tidak mampu mengintegrasi berbagai golongan dalam masyarakatnya. Contohnya:

- Perang Saudara yang terjadi di Nigeria terjadi karena Nigeria tidak berhasil mengintegrasikan suku-suku bangsa Hausa, Fulani, Ibo dan Yoruba, sehingga lahirlah negara baru yang menamakan diri Republik Baifara.

- Ketidakmampuan India mempersatukan seluruh wilayahnya, melahirkan Negara Pakistan. Ketika wilayah timur memberontak, pakistan tidak mampu mempersatukan kedua wilayah itu sehingga pada tahun 1971 lahirlah Bangladesh.

- Amerika Serikat, Canada dan Australia menghadapi masalah integrasi bangsa-bangsa imigran.

Demikianlah bentuk-bentuk permasalahan yang disebabkan oleh masalah integrasi ini. Menghadapi masalah integrasi ini sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena masalah yang dihadapi berbeda dan latar belakang sosio kultural nation state yang berbeda pula. Sehingga masalah integrasi ini cenderung diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan. Ada yang menempuh jalan kekerasan dan ada yang menempuh strategi politik yang lebih lunak.

SUMBER : Drs. Abu Ahmadi. Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, 2009

Pendapat
menurut saya, ethnosentrisme adalah suatu sikap yang menganggap nilai dan norma kebudayaan sendiri lebih baik daripada kebudayaan lain. Sikap ini sering membuat kesalahpahaman dan sering kali dilakukan tanpa sadar.


NAMA : Syauqi Zul Qiszthi
NPM : 56410793
KELAS : 1 IA 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar